Jika ditanya tentang “GLEE” di tahun ini, buat saya adalah sesuatu yang saya kagumi. Seandainya ada yang bertanya tentang “GLEE” di tahun 2008 atau awal 2009, mungkin saya tidak tahu jawabannya apa. Ya karena memang saya tidak tau apa itu Glee. Tapi saya ingat, di 2009 saya kenal pertama kali dengan istilah Glee. Let’s use the time machine!

glee_montage.jpg.scaled.1000

Tahun 2009, status saya masih mahasiswa. Saya masih ngekos. Baru tahun kedua saya tinggal terpisah dari orang tua saya untuk waktu yang lama. Saat itu twitter mulai happening dan saya juga belum lama punya akun twitter. Saya ingat di suatu siang menjelang sore, saat saya sedang buka twitter lewat PC, saya lihat trending topic yang ada di twitter adalah #GleeCast dan itu hampir selalu ada di trending topic twitter setiap harinya. Saya pun penasaran. Hasil googling, ternyata Glee Cast adalah pemilik lagu dari Don’t Stop Believing, Take A Bow, dan lain-lain yang saat itu cukup menguasai tangga lagu billboard. Saya dengar lagunya, enak. Mereka menyanyikan lagu-lagu milik musisi ternama. Selanjutnya, ternyata Glee Cast adalah pemain dari Glee. The next question is what is GLEE?

Ternyata di Amerika Serikat sana sedang terjadi sebuah fenomena baru di dunia serial TV. Sebuah serial drama musikal berjudul Glee sedang ramai dibicarakan. Sejak saya mendengar Don’t Stop Believing, lagu itu seolah menyihir saya untuk mencari tau lebih tentang Glee. Hampir setiap hari saya dengar lagu itu di komputer saya. Sampai akhirnya saya dapat kesempatan untuk menonton 13 episode pertama dari Glee Season 1. AND. I’M. IN. LOVE. WITH. GLEE. EASILY.

Buat saya, Glee sukses menceritakan kehidupan sekolah dengan baik. Mulai dari anak-anak populer, anak-anak tertindas, guru yang loveable, guru yang killer, dll. Saya sebagai mantan anak paduan suara saat di sekolah dulu, melihat adegan-adegan di Choir Room di Glee seolah menghidupkan kembali ingatan lama saat sekolah. Ditambah dengan lagu-lagu yang dinyanyikan di tiap episodenya, mulai dari lagu medium up beat dengan gerakan-gerakan koreo yang menyenangkan atau lagu-lagu mellow yang biasanya adalah lagu-lagu hits, jelas jadi alasan kenapa saya selalu menunggu Glee di tiap minggunya.

Glee juga didukung dengan karakter-karakter yang juga keren, yang sukses dihidupkan oleh masing-masing aktor dan aktris, yang bikin saya menunggu ada cerita apa lagi tentang karakter ini. Sebut saja Rachel yang sangat nyaman dengan obsesinya menjadi bintang, Kurt Hummel  yang berani jujur dan menerima keadaan dirinya, Finn yang merupakan cowok populer tapi bergabung dengan Glee Club yang termasuk kelompok tertindas, dan masih banyak karakter lain yang juga membangun cerita. Seperti Mercedes, Quinn, Santana, Artie, Tina, Puck, Brittany, Mike. Masuk ke season 2 dan season-season selanjutnya, mulai muncul karakter-karakter baru seperti Sam Evans, Blaine Anderson, Kitty Wilde, Marley Rose, Jake Puckerman, Ryder Lynn, Sugar Motta, dll.

Bulan Maret 2015, setelah 6 musim menemani, 121 episode mengudara, sekitar 700an lagu dinyanyikan, dan jalan cerita yang naik-turun, Glee akhirnya sampai di episode terakhirnya. Setiap orang pasti punya serial favoritnya masing-masing. Mungkin ada yang menjawab Friends, Heroes, atau lainnya, kalau saya, jawabannya adalah GLEE! Glee changed me a lot. Saya merasa Glee datang di saat yang tepat dalam hidup saya. Jangan ditanya berapa kali saya sempat berpikir kalau jalan cerita Glee makin tidak karuan. Tapi ya layaknya seorang pendukung klub sepakbola, even in the lowest point or in the worst performance, ya akan tetap didukung. I love Glee. No matter what. Thank you, Glee!

Leave a Reply

Your email address will not be published.

57 + = 66