Salah satu event rutin di Jogja yang cukup saya tunggu tiap tahunnya adalah Jogja-Netpac Asian Film Festival. Seperti biasa, ada film yang belum rilis di pasaran tapi tayang eksklusif di JAFF, salah satunya ZIARAH.

poster-ziarah-small-size

STORYLINE :

Film Ziarah bercerita tentang seorang wanita tua bernama Mbah Sri yang sudah berpisah puluhan tahun dengan suaminya. Saat ini Mbah Sri hanya tinggal dengan cucunya yang sebentar lagi akan menikah. Dulu sekali, saat Agresi Militer II Belanda di Indonesia, Mbah Sri bertemu terakhir kalinya dengan sang suami, Prawiro Sahid. Setelah itu beredar kabar, Prawiro meninggal tertembak. Berpuluh-puluh tahun kemudian, di hari tuanya Mbah Sri berniat mencari makam suaminya dalam sebuah ziarah, karena dia bercita-cita untuk dimakamkan di samping suaminya. Mbah Sri pun melakukan perjalanan jauh mencari makam suaminya, yang membuat sang cucu sering kebingungan mencari sang nenek. Berhasilkah Mbah Sri menemukan makam suaminya? Temukan dalam ZIARAH.

TRAILER :

REVIEW :

Jujur, saya tidak mengikuti berita atau informasi tentang perkembangan dan proses pembuatan film ini. Bahkan saya gak tau kalau film ini sempat masuk nominasi FFI 2016 di kategori Penulis Skenario Asli Terbaik. Cuma saya sempat membaca beberapa promo buzz di social media yang menyebut tentang film Ziarah. Bahkan sampai di menit-menit menuju film dimulai, saya belum tau film ini akan bercerita tentang apa. Beruntung saya dapat undangan buat nonton film ini, karena antusias penonton buat film ini luar biasa rame. Online ticketing langsung full dalam beberapa menit. Makin penasaran lah saya. Dan  ternyata, film ini memang bagus. Bagus dalam arti menyentuh. Gimana mbah Ponco Sutiyem sebagai Mbah Sri melakukan perjalanan panjang demi mencari makam suaminya, dari situ saja saya sudah takjub karena mbah Ponco melakukan adegan perjalanan yang panjang banget. Sekedar info, mbah Ponco ini sudah berusia 90an tahun, secara fisik terlihat sangat tua tapi geraknya masih sangat cepat. Saya pun sempat terharu di beberapa adegan, ya gimana nggak. Perjuangan mbah Sri ini menyentuh banget, tanpa ada adegan air mata lho padahal. Saya juga tersentuh dengan bantuan dari orang-orang buat Mbah Sri dalam film ini dan cerita mengenai hubungan mbah Sri dengan suami yang dicarinya mbah Prawiro Sahid. Keren lah film ini! Saya senang sempat nonton film ini duluan sebelum nanti, entah kapan, akan dirilis di bioskop. Pesan saya sih, kalau ada kesempatan nonton film ini di pemutaran film manapun, nonton lah film ini.

RATES : 3.5 of 5 stars

Leave a Reply

Your email address will not be published.

7 + 3 =