Kasih prolog apa ya? Ah pasti kalian udah penasaran dengan ceritanya kan? Langsung aja deh ya.
STORYLINE :
Seorang cewek, Margareth, kagum pada sosok Barrack Obama. Ditambah lagi, kakeknya selalu menceritakan segala sesuatu tentang Obama. Tidak sampai disitu, si Kakek pun mendaftarkan Margareth di SD Asisi, SD-nya Obama saat dia masih berada di Indonesia. Dengan semangat “Yes We Can”-nya, Margareth pun bermimpi bisa menjadi seperti Obama. Sayang seribu sayang, sebuah kecelakaan membuat Margareth buta dan si kakek pun mendadak terkena serangan jantung saat tau Margareth mengalami kebutaan. Kecelakaan ini disebabkan oleh teman sekolah Margareth yang udah gaya-gayaan nyetir mobil tapi ternyata belum lancar. Jadilah si Margareth hidup dalam kebutaan dan temennya jelas dong merasa bersalah. Tepat disaat itu, Margareth sempat ikutlomba pidato dan terus menyuarakan Yes We Can! Jadi juara deh.
REVIEW :
Film ini …. ehem DIDUBBING! Pas nonton film ini, I was like, SERIOUSLY? Tapi kekagetan saya dengan film ini, bukan dimulai pas saya nonton. Beberapa hari sebelum film ini dirilis, saya baru melihat satu sign di posternya. Jadi di poster filmnya, saya liat keterangan bahwa film ini mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk proses pembuatan film tercepat terhitung dari pra produksi sampai penayangan. Jujur saya, gak tau sih berapa lama proses pembuatan film ini. Cuma saya cukup surprise aja film ini dapat penghargaan dari MURI. Dulu Rudy Soedjarwo juga membuat film Pocong 2 dan Mendadak Dangdut juga gak sampai 3 minggu. DAN GAK DIDUBBING! Yah oke. Sepanjang film saya ketawa aja, membayangkan tanda penghargaan dari MURI di posternya dan melihat hasil akhir filmnya. Sebagai penonton, bebas kan bereaksi apa aja terhadap film yang ditontonnya? Yang jelas, film ini sukses membuat saya overdosis kata-kata YES WE CAN!