Salah satu film yang cukup ditunggu nih. Dari tahun lalu sudah gembar-gembor, bahkan film ini mengadakan audisi di sejumlah kota besar. Sempat dijadwalkan rilis di tanggal 14 Februari, tapi akhirnya diundur sampai tanggal 4 April.
STORYLINE :
Lupus sedang dalam perjalanannya menuju sekolah barunya, Sekolah Merah Putih. Di tengah jalan, dia bertemu Popi, seorang cewek yang turun di tengah jalan setelah bertengkar dengan pacarnya. Perkenalan itu berlanjut sampai di sekolah, karena ternyata mereka satu sekolah. Daniel, pacar Popi, cemburu melihat kedekatan Popi dan Lupus. Namun dasar Lupus, dia tidak menanggapi kecemburuan Daniel dengan emosi. Di rumah, Lupus tinggal dengan mami dan Lulu, adiknya. Ayahnya sudah lebih dulu meninggalkan mereka. Sebagai anak sulung, Lupus merasa memegang tanggung jawab. Kembali ke sekolah, Lupus yang masih anak baru akhirnya berteman akrab dengan Boim dan Gusur. Mereka bahkan berencana mengikuti lomba go green. Disisi lain, hubungan Popi dan Daniel semakin runyam, dan Lupus tetap dengan santai selalu meniup permen karetnya.
REVIEW :
Nah.. Untuk saya pribadi, mungkin saya bukan pembaca setia buku Lupus, dan saya belum pernah nonton film Lupus secara lengkap saat masih diperankan oleh alm. Ryan Hidayat — yang disebut-sebut sebagai pemeran Lupus terbaik. Tapi, saya pernah tumbuh dan besar dengan nonton sinetron Lupus yang sempat bertahan cukup lama di salah satu televisi swasta. Jadi biar gimanapun, saya memiliki konsep, ekspektasi, ataupun harapan terhadap film ini. Nah sayangnya, saya merasa konflik yang diangkat di film ini kurang digali lebih dalam. Lupus dengan keluarganya kurang diangkat — walaupun ada adegan yang cukup mengharukan antara Lupus dan Mami, Lupus dengan sekolahnya juga hanya di permukaan, bahkan cerita Lupus dengan Popi dan Lupus dengan kedua sahabatnya, Boim dan Gusur, terasa datar. Atau mungkin bisa dibilang, film ini memiliki banyak fokus, sehingga konflik yang mau dimunculkan dalam film ini jadi “seadanya” — oke, saya semacam berharap film ini ada lanjutannya, jadi film ini semacam perkenalan. Karakter temen Lupus yang cupu terasa hanya sebagai tempelan, yang bahkan (MUNGKIN) jika karakter ini tidak diadakan dari awal, tidak akan mempengaruhi cerita — ya kecuali saat Lupus meminjam motornya. Untuk Acha Septriasa, correct me if I’m wrong, di film ini untuk pertama kalinya Acha berperan sebagai anak SMA, dengan seragam sekolah. Tapi entah ya, mungkin karena saya sudah terbiasa melihat Acha memerankan karakter anak (seusia) kuliahan dan bahkan sebagai karakter wanita dewasa (ingat Test Pack?), jadi saya merasa aneh melihatnya. Karakter 3 sekawan Lupus – Boim – Gusur yang diperankan oleh Miqdad, Alfie, dan Jeremie. Di film ini, mereka bisa menampilkan chemistry yang cukup baik, tapi tokoh Boim dan Gusur terasa lebih berkesan dibanding si Lupus, sang karakter utama. Cuma ya balik lagi ke pembahasan diatas, mungkin karena fokus film ini cukup banyak, jadi penjiwaan karakter Miqdad jadi sama semua untuk semua situasi. Atau mungkin saya yang ketinggian memasang harapan? Tapi saya sempat bertanya ke beberapa teman saya tentang film ini. Mereka pun merasa, ini tidak seperti yang mereka bayangkan. Bisa jadi juga, pasar yang dituju dari film ini memang penonton yang usianya jauh lebih muda dari saya, yang masih berseragam SMU, yang mungkin masih memiliki ‘ikatan’ dengan dunia sekolahan yang diangkat dalam film ini. Tapi seperti yang saya sempat tulis diatas, semoga sih film ini adalah perkenalan terhadap film-film selanjutnya. Dan untuk Komando Production, yang biasa memproduksi program TV, film ini tidak bisa disebut mengecewakan kok. Tetep asik buat ditonton, karena film ini cukup ringan.
RATES : 3 of 5 stars.