[MOVIE REVIEW] Moga Bunda Disayang Allah

Soraya Intercine Films nampaknya sedang aktif merilis film ya? Bersyukur karena film-film yang dirilis pun masih tergolong menjanjikan. Sebut saja, 5 CM. Belum lagi ditambah anak rumah produksinya , Hitsmaker Studios yang spesialis merilis film-film horor yang diangkat dari urban legend, seperti Rumah Kentang dan Samudera Hotel Ganti Judul 308. Kali ini, membawa bendera Soraya Intercine, sebuah film berjudul Moga Bunda Disayang Allah.

STORYLINE :

Karang (Fedi Nuril), seorang pemuda yang sangat menyukai anak-anak, karena suatu peristiwa membuatnya trauma untuk mengasuh anak-anak. Hal ini dipicu kecelakaan kapal yang dialaminya dan ia tidak berhasil menyelamatkan seorang anak kesayangannya. Karang berubah menjadi pribadi yang tertutup dan pemabuk. Hingga suatu hari, datang beberapa surat dari Bunda HK (Alya Rohali), yang mendapat rekomendasi dari Kinasih (Shandy Aulia) — mantan tunangan Karang yang juga menjadi dokter pribadi dari keluarga HK, bahwa Karang bisa merawat anaknya. Melati, anak dari Bunda HK, memiliki keterbatasan. Dia tidak bisa melihat, mendengar, dan berbicara lantaran sebuah kecelakaan yang terjadi saat masih kecil. Segala keterbatasan yang dialami Melati membentuknya menjadi seorang anak yang tidak bisa diatur. Dia tidak mengenal bundanya, ayahnya, bahkan tidak mengenal Allah. Apakah Karang akan menerima tawaran Bunda HK untuk merawat Melati? Bagaimanakah hubungan Karang dan Kinasih? Mampukah Karang melawan traumanya? Saksikan film Moga Bunda Disayang Allah!

REVIEW :

Film ini diangkat dari sebuah novel berjudul sama dengan filmnya, Moga Bunda Disayang Allah, karangan Tere Liye. Jujur saya belum membaca novelnya. Jadi saya tidak membayangkan film ini seperti apa, tapi cukup menaruh harapan dengan film ini. Ketika menonton trailernya, saya tidak bisa menebak cerita film ini seperti apa. Siapa yang menjadi Bunda, Fedi Nuril jadi siapa, Shandy Aulia jadi siapa, bahkan saat membaca sinopsisnya saya masih belum membayangkan alur filmnya akan seperti apa. Sampai sebelum film ini dirilis, saya seperti mengumpulkan kepingan cerita Moga Bunda Disayang Allah, dan karena saya sudah “mengumpulkan” kepingannya, saya merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Ditambah lagi, saya juga menaruh harapan untuk film ini. Akhirnya saya pun menonton film ini. Dan berhasil! Saya bisa menyusun kepingan cerita yang saya dapat. Jadinya ya seperti yang saya ceritakan di atas. Keseluruhan, film ini sempat membuat saya berkaca-kaca. Credit kepada Alya Rohali sebagai Bunda yang beberapa kali membuat saya hampir menangis. Plus dengan scoring music yang pas saat bagian drama-nya. Walaupun ada bagian yang mungkin rencananya dibuat ringan, dengan memberikan scoring music yang sedikit komedi, tapi kok buat saya seperti merusak alur drama yang dibangun ya. Suasana yang dibangun di film ini sedikit gelap ya, belum ditambah dengan efek-efek agak berasap/berembun/berkabut yang membuat film ini semakin dramatis. Buat saya, cerita film ini bagus, walaupun ada sedikit misfocus antara judul dengan penceritaan utama. Kalau dari judul, bisa dilihat film ini akan banyak bercerita tentang Melati, tapi di film, justru lebih banyak bercerita tentang Karang dan hubungannya dengan Kinasih. Tapi sudahlah. Buat saya, film ini bagus. Dialog yang digunakan juga bahasa Indonesia yang cukup formal. Saya sendiri juga tidak tau apakah ada cerita dari versi novel yang tidak diangkat ke film. Tapi ya sudahlah. Novel dan film adalah karya seni berbeda dan rasanya tidak fair untuk dibandingkan. Film ini bagus. Coba kamu tonton. 🙂

RATES : 3 of 5 stars.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

86 − 78 =